Mukaddimah


Segala puji adalah milik Allah Tuhan semesta alam. Kita memuji-Nya, dan memohon pertolongan serta petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan serta keburukan perbuatan kita. Barang siapa yang Allah beri petunjuk niscaya tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan niscaya tidak ada yang dapat memberi petunjuk baginya.

Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Muhammad saw dan kepada keluarga serta para shahabat-shahabat beliau juga orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga Hari Kiamat.

Selanjutnya...

Sunnah Nabawiyah bernasib baik semenjak mataharinya terbit sampai akhir abad ke-13 Hijriah dengan segala usaha yang mulia. Yang dengan itu penulis mensikapinya dengan apresiasi penuh penghargaan dan ketakjuban.

Dimana ketika itu telah banyak para ulama Islam yang mengumpulkan dan membukukan sunnah dalam bentuk penjelasan dan penjabaran. Menilai shahih dan lemahnya. Dari sana mereka membuahkan berbagai karya-karya yang nyaris tidak dapat dihitung, sehingga usaha para ulama pada akhir abad ini -yaitu abad ke-14 H.- berkisar antara:

1. Mempelajari karya-karya ini dan mencoba memahaminya serta berusaha mengeluarkannya kepada masyarakat dengan susunan yang sesuai dengan pengetahuan mereka. Apalagi setelah melemahnya lisan bangsa Arab dan berkembangnya bahasa 'amiyah pada mereka.

2. Meneliti dan mengoreksi kalimat-kalimatnya sehingga menjadi benar atau lebih mendekati kepada kalimat yang benar.

Dua hal yang mempunyai peranan sangat penting. Meski yang kedua lebih sangat dibutuhkan, karena untuk memahami nash tergantung pada proses koreksi dan penelitian nash tersebut.

Dari titik tolak ini, saya membulatkan tekad -untuk memilih pembahasan ini demi mendapatkan gelar Magister (Master) pada Jurusan Hadits dan Ilmu Hadits- supaya menjadi salah satu koreksi dari salah satu karya-karya tersebut. Saya pun mulai meneliti, menggali, meminta nasihat serta saran hingga saya mendapatkan petunjuk dengan pertolongan Allah Ta'ala untuk memilih kitab: Al-Luma' Fi Asbab al-Hadits atau Asbab Wurud al-Hadits karya al-Hafizh Jalal ad-Din as-Suyuthi, wafat pada tahun 911 H.

Sekilas tentang buku ini yang membuat saya tertarik untuk meneliti dan mempelajarinya adalah beberapa hal, di antaranya:

Pertama: bahwa pembahasan mengenai sebab-sebab keluarnya hadits merupakan suatu pembahasan yang paling penting yang harus diketahui setelah mengetahui sebab-sebab turunnya al-Qur’an.

Pengetahuan ini menjadi sangat penting bagi siapa saja yang hendak menyatukan antara apa yang nampak bertentangan dari hadits-hadits dengan mengumpulkannya (mereduksi) atau dengan menguatkan dan membenarkan salah satunya (tarjih).

Kedua: sesungguhnya kitab ini merupakan kitab pertama yang muncul kepada saya, yang memaparkan mengenai pembahasan seperti ini, dengan studi serta penelitian.

Ketiga: sesungguhnya lembaran-lembaran kitab yang ada di hadapan kita penuh dengan tahfif (penambahan, pengurangan, kesalahan pada penulisan huruf dan asesorisnya seperti titik, harakat dan lain-lain- penj) dan tashhif (hilangnya beberapa lembar naskah dari manuskrip atau tertukar dengan yang lain- penj.) -sebagaimana yang akan nampak dalam proses tahqiq (penelitian dan pengoreksian)- dikarenakan lamanya masa serta kurang sempurnanya penulisan dan penyalinannya.

Berangkat dari beberapa poin ini, maka tetaplah tekad pada diri saya untuk meneliti dan mempelajari buku ini, dan saya memberinya judul proyek penelitian ini dengan Asbab Wurud al-Hadits li as-Suyuthi Tahqiqan, wa Ta'Iiqan wa Dirasatan (Sebab-Sebab Keluarnya Hadits Karya Imam as-Suyuthi; Telaah, Komentar dan Studi).

Untuk mempermudah mempelajari pembahasan ini, saya telah menyusunnya menjadi dua bagian.

I. BAGIAN PERTAMA:

Pembahasan mengenai tema studi, yang terdiri dari:

  • Mukaddimah;
  • Dua bab;
  • Dan penutup.

Mukaddimah meliputi: Latar belakang pemilihan tema ini dan urgensinya.

Bab Pertama (Sebab-sebab Keluarnya Hadits)

Terdiri dari tiga pembahasan:

  • Pembahasan I: Makna Sebab-sebab Keluarnya Hadits (Sabab Wurud al-Hadits), Faedah, dan Macam-macamnya.
  • Pembahasan II: Hubungan Antara Sebab-sebab Keluarnya Hadits dan Sebab-sebab Turunnya al-Qur'an.
  • Pembahasan III: Sejarah Sebab-sebab Keluarnya Hadits [Sabab Wurud al-Hadits), dan kitab-kitab yang terkenal tentang itu.

Bab Kedua: Mengenal Kitab Asbab Wurud al-Hadits Karya Imam as-Suyuthi

Terdiri dari empat pembahasan:

  • Pembahasan I: Biografi Imam as-Suyuthi, serta kedudukan ilmiyahnya.
  • Pembahasan II: Pemaparan singkat mengenai tema pembahasan penelitian, dan keterangan mengenai metode yang dipakai penulis dalam meneliti hal tersebut.
  • Pembahasan III: Literatur kitab dan urgensinya
  • Pembahasan IV: Nilai kitab dan urgensinya


Dengan berakhirnya pembahasan ini, selesai pula pembahasan Bagian Pertama.

II. BAGIAN KEDUA:

Tahqiq (Penelitian dan Koreksi) yang terdiri dari:

  • Mukaddimah;
  • Nash yang telah diteliti dan ditakhrij.


Mukaddimah:

Mencakup pembahasan mengenai:

1. Salinan-salinan dari kitab yang masih ada, sifat-sif atnya, dan yang dapat dijadikan sandaran dalam tahqiq serta penelitian.

2. Metode tahqiq.

Dengan disertai metode dan langkah-langkah, dan ia merupakan metode pendekatan yang dapat bertambah dan berkurang (fleksibel), tergantung dengan apa yang diperlukan sesuai dengan karakteristik riset penelitian.

Dari sini saya telah mengambil suatu metode dalam mengatasi setiap pembahasan dan setiap tema pembahasan dari proyek ini. Metode ini:

1. Objektivitas mutlak yang jauh dari keberpihakan atau emosi, yang bertujuan mencapai kebenaran. Baik kebenaran tersebut ada pada Imam as-Suyuthi atau ada pada orang lain.

2. Langsung merujuk setiap nash kepada kitab-kitab rujukan aslinya apabila hal tersebut mudah. Karena mengambil sesuatu dari sumbernya adalah lebih dalam dan utama. Namun apabila tidak dapat dilakukan dikarenakan oleh suatu sebab, maka saya kembalikan kepada kitab rujukan sekunder (kedua). Dengan memberi catatan pada setiap lembar dari setiap halaman dari tesis ini agar mempermudah orang yang berminat untuk menelitinya kembali.

Sesungguhnya saya sangat berharap agar saya benar-benar diberi pertolongan dengan apa yang saya niatkan sebagai khidmah (pengabdian) ini, yang merupakan salah satu macam khidmah untuk bermacam-macam ilmu hadits.

Sesungguhnya penolong saya hanya Allah yang kepada-Nya saya bertawakal dan memohon pertolongan.

0 Response to "Mukaddimah"

Posting Komentar